Languages فارسی فارسى درى English اردو Azəri Bahasa Indonesia پښتو français ไทย Türkçe Hausa Kurdî Kiswahili Deutsche РУС Fulfulde Mandingue
Scroll down
Ibadah

Khotbah Jumat 16 Agustus 2019

2019/09/05

Khotbah Jumat 16 Agustus 2019

Icc jakarta – Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kita sehingga pada hari ini pada siang hari ini kita dapat melaksanakan salah satu kewajiban yang ada pada kita yaitu shalat jumat. Mudah-mudahan setiap langkah dan niat kita dicatat sebagai amal ibadah yang diterima disisi-nya yang akan menjadi media semakin mendekatkan diri kita kepadanya.

Sholawat dan salam selalu kita haturkan keharibaan tercinta nabi besar muhammad saw keluarga suci beliau serta sahabat pengikut setia beliau sampai akhir jaman yang mudah-mudahan semua kita tergolong di dalamnya.

Ma’syiral ikhwani wa akhwat rahimakumullah di atas mimbar pada khutbah yang pertama ini khotib mengingatkan pribadi dan semua yang hadir untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt marilah kita penuhi panggilan Allah Swt sebagaimana tadi kami bacakan ayatnya

Wahai orang yang beriman bertaqwa lah kalian kepada Allah Swt dengan besar benar-benar taqwa dan janganlah kalian mati meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan berserah diri kepada-nya.

Ma’syiral akhwani wa akhwat rahimakumullahmari mari kita melanjutkan renungan beberapa ayat suci alquran yang telah kita mulai pada beberapa pertemuan sebelumnya, pada khutbah jumat sebelumnya kita sampai pada surat atthaghabun ayat 12. Pada ayat 12 ini Allah Swt berfirman:

“Wa Atii’ullaha wa Atii’urasul fa in tawallaitum fa innamaa ‘ala rasulinal balaaghul mubiin”

Pada ayat 12 ini Allah Swt memerintahkan setiap manusia untuk taat kepada Allah Swt dan taatlah kalian pula kepada Rasul dan siapa yang berpaling diantara kalian maka sesungguhnya tugas seorang Rasul kami hanyalah sebagai penyampai, dengan penyampaian yang sangat jelas.

Pada ayat ini Allah Swt memerintahkan kita untuk melakukan dua hal, yang pertama adalah mentaati Allah Swt dan yang kedua adalah mentaati Rasul-nya. Di dalam kajian tafsir disebutkan bahwa Allah Swt ketika menyuruh kita untuk taat kepadanya dan juga taat kepada Rasulnya dalam ayat ini dan juga dalam beberapa ayat yang serupa Allah Swt menggunakan dua kata kerja dua kali kata kerja walaupun kata kerjanya sama yaitu kata taatlah tetapi kata taatlah itu diulang dua kali taatlah kalian kepada Allah Swt dan taatlah kalian kepada Rasul. Allah Swt tidak mencukupkan pada ayat ini dan pada beberapa ayat yang lain hanya dengan satu kata misalnya taatlah kalian kepada Allah Swt dan Rasul-nya.

Dalam kajian tafsir disebutkan bahwa penyebutan dua kata kerja itu adalah memiliki makna memiliki makna yang berbeda antara kata kerja yang pertama dengan kata kerja yang kedua antara kata perintah yang pertama dengan kata perintah yang kedua walaupun sama maknanya yaitu taatlah kalian

Sebagian mufassir menerjemahkan perbedaan itu dengan perbedaan antara ketaatan kepada Allah Swt secara mutlak dan yang kedua adalah ketaatan kepada Rasul adalah tidak mutlak. Artinya bahwa ketaatan kepada Allah Swt itu tidak lagi dipertanyakan apakah apa yang Allah Swt perintahkan kepada kita untuk kita taati itu adalah sesuatu yang benar ataukah mungkin sesuatu yang salah yang masih perlu untuk kemudian dihubungkan dengan hal lain mencari pembenarannya dengan ayat lain atau dengan yang lainnya.

Ketaatan kepada Allah Swt setiap perintah yang Allah Swt berikan kepada kita manusia adalah sesuatu yang mutlak sesuatu yang pasti benar sesuatu yang tidak ada lagi kemudian bagi kita alasan untuk mengatakannya bahwa itu bukanlah sebuah kewajiban bukanlah sesuatu yang mengikat saya.  

Tetapi ketaatan kepada Rasulullah saw menurut sebagian ahli tafsir yang menerjemahkan kata perintah yang kedua kata perintah yang kedua itu adalah tidak mutlak artinya dibatasi dengan adanya kemungkinan bahwa apa yang disampaikan oleh Rasul itu sesuatu yang salah tidak benar perlu diingatkan dan seterusnya.

Ini adalah pemahaman pertama tentang perbedaan dari ketaatan yang disebutkan oleh Allah Swt dua kali dalam ayat ini tetapi ada pemahaman yang kedua yang menyebutkan bahwa perbedaan antara keduanya bukanlah perbedaan antara ke mutlak atau tidak, bukanlah perbedaan antara luasnya ketaatan atau sempit nya atau tidak luasnya ketaatan, tetapi perbedaannya adalah kembali kepada asal atau dasar ketaatan atau dasar perintah untuk taat kepada Allah Swt.

Ketaatan yang pertama yakni perintah Allah Swt perintah untuk mentaati dirinya adalah berdasarkan sebuah dasar pemikiran akal setiap kita Allah Swt tidak menggunakan perintah taatilah aku karena dia sebagai tuhan yang memang layak untuk ditaati sehingga kemudian perintahnya menjadi wajib bagi setiap orang karena dia yang mewajibkan.

Sementara ketaatan kepada Rasulullah saw pada kata yang kedua adalah menunjukkan bahwa ketaatan itu bergantung kepada ketaatan kepada Allah Swt ketaatan yang kedua itu adalah ketaatan karena ia adalah perintah Allah Swt untuk kita mentaati Rasul-nya.

Yang pertama biasa disebut sebagai perintah Irsyad dan yang kedua biasa disebut sebagai perintah maulawi

Yang pertama biasa disebut bahwa Allah Swt mengingatkan kita Allah Swt menunjukkan kepada kita bahwa kita dengan akal pikiran kita adalah mampu untuk memahami bahwa kita perlu bahwa kita wajib untuk taat kepada Allah Swt

Karena itulah ketaatan kepada Allah Swt adalah ketaatan yang berdasarkan kepada akal sehat setiap kita ketaatan kepada Allah Swt sebagai dzat yang menciptakan kita manusia dan menciptakan segala kebutuhan kita adalah ketaatan yang bisa dipahami oleh setiap akal sehat kita dan akal sehat kitalah yang kemudian akan menyebabkan kita mampu mengikat diri kita untuk taat kepadanya hanya saja Allah Swt perlu mengingatkan bahkan juga para nabi yang diutus oleh Allah Swt ketika para nabi itu mengajak manusia untuk taat kepada Allah Swt tiada lain adalah dalam rangka mengingatkan kita untuk kembali kepada akal sehat kita untuk kembali kepada fitrah yang telah Allah Swt ciptakan untuk setiap kita

Untuk kemudian setiap orang menghilangkan berbagai hal yang menyebabkan dia tidak taat kepada Allah Swt

Itu disebut dengan perintah yang namanya adalah irsyad perintah yang dasarnya adalah menunjukkan perintah yang dasarnya adalah mengingatkan. untuk lebih mudahnya mungkin kita bisa contohkan dengan perintah yang ada di antara kehidupan kita di setiap kehidupan kita banyak sekali perintah yang kita dapatkan dari atasan atau kadang-kadang juga bukan dari atasan kalau perintah yang kita dapatkan dari atasan itu adalah perintah ketaatan yang harus kita ikuti karena memang kita terikat kontrak bahwa kita harus mengikuti atasan kita karena kita sebagai bawaannya

Tetapi kadang-kadang kita harus mengikuti orang yang tidak ada kontak dengan kita misalnya ketika kita datang ke dokter ketika kita datang berobat dokter memerintahkan kita untuk melakukan beberapa hal makan minum dan seterusnya atau bahkan dokter juga melarang kita untuk tidak melakukan atau untuk melakukan beberapa hal perintah dan larangan itu kita tak arti bukan karena kita dapat kontak dengan dokter itu bukan karena kita adalah terikat untuk kemudian harus melakukannya tetapi karena akal sehat kita yang mengatakan bahwa dokter itu adalah lebih tahu akan sesuatu yang kita tidak ketahui dia memiliki ilmu yang berhubungan dengan apa yang kita butuhkan makanya kemudian akal kita mengatakan selayaknya untuk kemudian kita ikut dia

Ini kurang lebih contoh dari pada apa yang disebutkan oleh Allah Swt dalam surat atthaghabun ayat 12 ini di mana ada dua perintah Allah Swt kepada manusia tak telah kalian kepada Allah Swt dan taatlah kalian kepada Rasul di ulangannya dua kata perintah taatilah adalah karena yang pertama itu adalah perintah di mana Allah menggunakan kata perintah bukan sebagai dia tuhan karena kalau sebagai dia tuhan dan kita mengikutinya karena dia tuhan sementara ketaatan dan perintahnya itu dari dia maka yang ada adalah siklus yang ada adalah lingkaran yang itu secara logika adalah tidak benar tetapi akan putus akan berhenti ketika perintah itu dari Allah Swt sebagai pengingat sementara yang mendasari untuk kita ikut apa yang disampaikan oleh Allah adalah akal sehat kita dan ini berbeda dengan yang kedua yaitu ketika Allah Swt memerintahkan kita untuk mengikuti Rasul-nya

di sini baru perintahnya adalah perintah dia sebagai tuhan kita sebagai hambanya yang memang layak untuk mengikuti perintahnya sesuai dengan perintah yang pertama tadi

wa Atii’urasul

Kemudian ayat itu mengatakan dengan demikian maka pemahaman sebagian ahli tafsir yang tadi saya sebutkan pandangan pertama bahwa perbedaannya antara mutlak dengan tidak adalah tidak bisa kita terima karena kalau Rasul masih juga tidak mutlak untuk diikuti karena mungkin itu salah dan ketika benar baru diikuti maka saat itu yang terjadi adalah sebaliknya yang terjadi adalah Rasul tidak lagi mendapatkan ketaatan yang lain yang mendapatkan ketaatan yang mengingatkan Rasul tadi

yang kedua adalah konsekuensinya kita tidak bisa mendapatkan mana yang benar dan mana yang salah disaat Rasul itu masih mungkin untuk mendapatkan atau masih mungkin untuk memerintahkan sesuatu yang salah yang akan menyesatkan dengan demikian tidak akan murni tidak akan bisa dipahami mana yang bena rbagian dari agama dan mana yang bukan dari agama mana yang benar dari Allah Swt dan mana yang dia salah ketika mendapatkan sesuatu dari Allah Swt atau ketika dia menyampaikan kepada manusia karena itulah dalam madzhab kita Syiah imamiyah adalah mewajibkan adanya ke maksum Rasul secara mutlak sehingga segala apa yang disampaikan oleh Rasul itu pasti benar dan segala apa yang disampaikan oleh Rasul adalah merupakan juga ketaatan secara mutlak sebagaimana ketaatan kepada Allah Swt

Kemudian kelanjutan ayat itu menyebutkan

fa in tawallaitum fa innamaa ‘ala rasulinal balaagul mubiin

dan atau maka bila saat kalian berpaling tidak mengikuti perintah Allah Swt dan perintah Rasul maka sesungguhnya tugas Rasul kami adalah penyampai semata, penyampai yang sangat jelas semata ayat ini bagian akhir dari ayat ini ingin menegaskan bahwa Allah Swt yang telah mengingatkan kita dengan akal yang telah diberikan kepada kita dan juga dengan Rasul tapi tetap Allah Swt  membuka 2 jalan. Allah Swt mempersilahkan kita untuk memilih antara dua jalan itu jalan mengikuti Allah Swt dan Rasul-nya ataukah kita tidak mengikuti Allah Swt dan Rasulnya dan tidak ada kemudian paksaan dalam hal mengikuti agama mengikuti perintah Allah Swt dan Rasul-nya walaupun kemudian tentu ada konsekuensinya sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya bahwa mereka yang taat mengikuti jalan Allah Swt maka akibatnya adalah kebahagiaan dan surga sementara mereka yang ingkar mereka yang memilih jalan untuk tidak mengikuti Allah Swt dan Rasul-nya maka akibatnya adalah kesengsaraan dan neraka

Dan ini adalah salah satu dari pada kemaha bijaksanaan Allah Swt dan kemaha adilan Allah Swt dimana tetap memberikan ruang kepada manusia untuk menggunakan akal sehatnya untuk menggunakan fitrahnya dan kemudian mampu memilih mana jalan yang akan ditempuh dan mana jalan di yang disukai sesuai dengan akibatnya masing-masing. Allah Swt tidak memberikan suatu jalan karena jika diberikan satu jalan saja semuanya akan misalnya memilih kebaikan memilih ketaatan maka tidak ada lagi kebaikan tidak ada lagi keutamaan tidak ada bedanya antara manusia yang satu dengan yang lain tidak ada beda antara a b c dan seterusnya

Karena semuanya memang diarahkan oleh Allah Swt kepada suatu jalan tetapi sebagaimana dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman dan kami Allah Swt memberikan petunjuk mendorong memberikan arahan kepada manusia untuk kemudian manusia itu punya kebebasan memilih daripada 2 jalan atau salah satu dari pada dua jalan

Pada ayat yang lain Allah Swt menegaskan bahwa kami Allah Swt memberikan kemampuan memberikan kekuatan kepada mereka dan kepada mereka. mereka yang memiliki jalan kebaikan oleh Allah Swt didorong oleh Allah Swt diberi kemampuan pada saat yang sama mereka yang memilih kepada kejelekan juga diberi kemampuan oleh Allah Swt swt dan ini dalam rangka untuk kemudian menunjukkan kepada manusia ketika mendapatkan akibatnya masing-masing karena jalan yang dipilihnya dan disitulah keutamaan yang didapatkan di situlah artinya ujian dan disitulah artinya ada yang lulus ujian dan ada yang tidak lukus ujian ada yang benar memilih dan ada yang salah memilih

Mudah-mudahan Allah Swt swt selalu membimbing kita memberikan kekuatan kepada kita bahkan ilmu ilmu pengetahuan kepada kita sehingga hari demi hari bertambah yang mau kita dan sekaligus makan menambah keimanan dan ketakwaan kita membuat menjadikan kita mampu untuk selalu memilih jalan yang benar jalan yang akan menyampaikan kita kepada keridhaan Allah Swt swt

Khotbah kedua

Maasyiral muslimin wa muslimat rahimakumullah pada khutbah yang kedua kembali kami mengingatkan diri kami dan seluruh yang hadir untuk selalu bertaqwa kepada Allah Swt taqwa melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangannya

Kita berada pada bulan Dzulhijjah pertengahan bulan Dzulhijjah yang sebentar lagi kita akan memperingati hari besar di dalam kalender islam khususnya pengikut ahlul bait as yaitu yang disebut dengan hari raya idul ghadir pada tanggal 18 Dzulhijjah. hari raya idul ghadir dalam momentum di mana Rasulullah saw mengangkat imam Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin the setelah beliau beliau sampaikan dalam sebuah khutbah di sebuah lembah yang dikenal dengan nama ghum karena itu kemudian khutbah itu disebut dengan khutbah ghadir ghum pada khutbah itu apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah adalah menerjemahkan dan melanjutkan ayat yang tadi kita bahas pada khutbah pertama bahwa ketaatan kepada Allah Swt yang dibuktikan dengan ketaatan pada Rasul-nya itu juga masih harus dilanjutkan dengan ketaatan yang ketiga sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain

Atiullaha waatiurRasulan wa ulil Amri minkum

kataatan tidak cukup hanya kepada Allah Swt semata ketaatan tidak cukup hanya kepada Rasulullah saw semata tetapi ada kelanjutannya yaitu ketaatan kepada ulil amri yang dalam penafsiran ahlul bait sesuai dengan banyak riwayat adalah para imam suci ahlul bait as yang di mulai dari pada imam Ali bin Abi Thalib as sampai kepada imam 12 yaitu imam Muhammad Mahdi afs

Ketaatan kepada ulil amri sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah ini yang kemudian pada zaman kita dimasa ke imamahan imam yang ke 12artinya adalah dilanjutkan atau sementara waktu beliau dalam keadaan gaib dimana tidak bisa setiap orang untuk punya akses untuk melaksanakan ketaatan itu kepada beliau yang merupakan kepanjangan ketaatan kepada Allah Swt dan Rasulnya adalah ketaatan kepada uli amri muslimin kepada ulama yang memenuhi syarat yang menjadi wakil sementara beliau

yang kita menjadikan bukti atas ketaatan kita kepada Allah Swt Rasul dan para imam adalah dengan mengamalkan apa yang telah beliau pahami sebagai bagian ketaatan yang harus kita laksanakan dalam kehidupan keseharian kita dan meninggalkan segala apa yang oleh Allah Swt harus kita tinggalkan

Karena itu idul ghadir adalah sebuah hari raya besar di mana ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul itu adalah dapat dilaksanakan dapat di bumikan dengan jelas pada setiap kehidupan manusia di setiap zaman disetiap tempat sampai akhir zaman

Tanpa alghadir maka ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul adalah tidak bisa dilaksanakan atau akan mengalami ketidak jelaskan kekaburan yang kemudian itu akan menjadi sebuah atau sesuatu yang bisa jadi diperdebatkan sepanjang masa dan menyebabkan berbagai hal yang tidak diinginkan di dalam keberagamaan kita

Alghadir justru adalah menjelaskan apa yang harus kita lakukan atas ketaatan kepada Allah Swt dan Rasulnya. Alghadir justru adalah mempersatukan semua kaum muslimin untuk berada dalam ketaatan kepada Allah Swt dan Rasulnya dengan cara mengikuti para imam suci ahlul bait yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw dalam khutbah idul ghadir dengan menyebutkan imam Ali bin Abi Thalib sebagai berlanjut beliau dan dalam hadits-hadits yang lain di antaranya hadis yang menjelaskan tentang ayat ketaatan kepada Allah Swt Rasul dan ulil amri itu dengan beliau menyebutkan nama 12 imam sebagaimana termaktub dalam beberapa kitab standar hadis dalam ahlul bait dalam jalur ahlul bait ataupun beberapa buku hadis ahlussunnah sekalipun

Mudah-mudahan memperingati idul ghadir jadi momentum baik bagi kita untuk kita gunakan kesempatan baik ini mendalami apa yang seharusnya kita pahami dan kita ketahui dalam khutbah idul qhadir dalam khutbah yang disampaikan oleh Rasulullah saw yang keberadaan khutbah itu adalah sesuatu yang disepakati oleh semua ulama kau muslimin menjadi hadis yang mutawattir menjadi hadits diriwayatkan oleh banyak perawi dari semua golongan walaupun kemudian ada perbedaan pandangan yang itulah wajib kita semua khususnya pengikut ahlul bait untuk menolaknya untuk memantapkan berbagai dalil bahwa itu adalah pengangkatan imam Ali bin Abi Thalib sebagai penerus Rasulullah saw

Mudah-mudahan Allah Swt memberikan kesempatan kepada kita memberikan waktu kepada kita memberikan bimbingan kepada kita untuk kita mendalaminya sehingga menjadi bagian yang kuat dalam memegang ajaran dan keyakinan yang kita yakini akan ke imamahan para imam ahlul bait as.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sumber: ICC.Jakarta