Languages فارسی فارسى درى English اردو Azəri Bahasa Indonesia پښتو français ไทย Türkçe Hausa Kurdî Kiswahili Deutsche РУС Fulfulde Mandingue
Scroll down
Renungan

Mengapa Harus Menangisi Kesyahidan Imam Husain?

2020/09/08

Mengapa Harus Menangisi Kesyahidan Imam Husain?

Allah Swt berfirman: Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [QS. al-Hajj: 32]

Diriwayatkan ketika Nabi Muhammad saw menceritakan kepada putrinya, Fathimah as, tentang syahadah putranya, Imam Husain as dan musibah yang menimpanya, Fathimah as menangis dan berkata, “Wahai ayah! Kapan terjadinya?”

Nabi saw berkata, “Itu terjadi ketika aku, engkau, dan Ali sudah tiada.”

Mendengar itu, tangisan Fathimah as semakin keras lalu berkata, “Wahai ayah! Lalu siapa yang menangisinya? Siapa yang menyelenggarakan acara ratapan duka untuknya?”

Nabi saw berkata, “Wahai Fathimah! Sesungguhnya para perempuan umatku akan menangisi perempuan dari Ahlulbaitku dan prianya menangisi para pria dari Ahlulbaitku. Setiap tahun dari generasi ke generasi akan memperbarui ratapan dukanya dan terus menghidupkannya. Nanti di Hari Kiamat, engkau memberi syafaat yang perempuan dan aku yang pria. Aku akan memegang tangan orang yang menangisi musibah yang menimpa Husain as dan membawanya ke dalam surga. Wahai Fathimah! Setiap mata akan menangis di Hari Kiamat, kecuali mata yang menangisi musibah Husain as. Pemilik mata ini akan gembira di Hari Kiamat dan diberi kabar gembira akan nikmat-nikmat surga.”[Bihar al-Anwar, jil. 44, hal 37]

Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Imam Husain as mendatangi Rasulullah saw dan beliau segera menjemputnya dengan membentangkan kedua tangannya lalu mendekapnya. Setelah itu beliau mendudukkan Husain as di atas pangkuannya dan bersabda, ‘Sesungguhnya pembunuhan Husain memunculkan bara dalam hati orang-orang Mukmin yang tidak akan pernah dingin selamanya.”

Setelah itu, Imam Shadiq as menambahkan, “Ayahku sebagai tebusannya orang yang terbunuh setiap air mata yang bercucuran.”

Ada yang bertanya, “Wahai Ibnu Rasulillah! Apa maksudnya terbunuh setiap air mata yang bercucuran?”

Beliau as menjawab, “Setiap kali seorang mukmin mengingatnya, niscaya ia meneteskan air mata.”[Mustadrak al-Wasail, jil. 10, hal 318]

Imam Shadiq as berkata, “… Tidak ada mata dan air mata yang lebih dicintai Allah dari mata yang menangis untuk Husain as. Setiap orang yang menangis untuk Husain as berarti telah mendekatkan diri dengan Fathimah Zahra as dan membuatnya gembira. Perbuatan itu juga membuatnya dekat dengan Rasulullah saw dan telah melaksanakan hak kami yang menjadi tanggungannya. Setiap hamba yang dibangkitkan di Hari Kiamat akan menangis, kecuali mereka yang telah menangisi kakekku, Husain as. Ketika dibangkitkan, mata mereka berbinar-binar dan datang kabar gembira yang membuat wajah mereka terlihat gembira. Sementara selain mereka tampak sedih menghadapi perhitungan amal. Orang-orang yang menangis untuk Husain as di dunia dalam keadaan aman di bawah naungan dan berbicara dengan Imam Husain as. Mereka tidak tampak khawatir menghadapi perhitungan amal perbuatannya.

Dikatakan kepada mereka agar segera memasuki surga, tapi mereka masih enggan dan memilih tetap bersama Husain as. Setelah itu dikirim bidadari surga kepada mereka yang menyatakan telah rindu untuk bertemu mereka, namun mereka tidak bergeming, bahkan tidak mengangkat kepalanya untuk melihat para bidadari itu. Hal itu dikarenakan kegembiraan yang mereka rasakan berdekatan dengan Husain as.” [Mustadrak al-Wasail, jil. 10, hal 314]

Dalam hadis munajat, Nabi Musa as berkata, “Ya Allah! Apa yang menyebabkan umat Muhammad lebih mulia dari umat yang lain?” Allah Swt berfirman, “Mereka lebih mulia dengan 10 hal.”

Musa as berkata, “Dari 10 hal itu, mana yang diamalkan oleh mereka? Ajari aku agar dapat kusampaikan kepada Bani Israil dan mereka mengamalkannya.”

Allah Swt berfirman, “Shalat, zakat, puasa, haji, jihad, shalat Jumat, shalat jamaah, al-Quran, ilmu, dan Asyura.”

Musa berkata, “Ya Allah! Apa itu Asyura?”

Allah berfirman, “menangisi cucu dari anak perempuan Muhammad saw dan ratapan duka atas musibah yang menimpa anak-anak Musthafa saw. Wahai Musa! Setiap hamba-Ku yang waktu itu menangisi anak-anak Musthafa saw atau membuat orang lain menangis dan memperingati acara ratapan duka, niscaya surga menjadi tempatnya dan tinggal selama-lamanya di sana. Barangsiapa memberi makan orang lain atau berinfak dengan satu dirham dikarenakan cinta kepada anak putri Nabi saw, maka selama di dunia, Aku akan memberi berkah 70 dirham untuk setiap dirham yang dikeluarkannya. Ia akan dimasukkan ke surga dan diampuni dosa-dosanya.”[Mustadrak al-Wasail, jil. 10, hal 319]

Sumber: Ahlulbait Indonesia.id