Languages فارسی فارسى درى English اردو Azəri Bahasa Indonesia پښتو français ไทย Türkçe Hausa Kurdî Kiswahili Deutsche РУС Fulfulde Mandingue
Scroll down
Renungan

Menang di Dunia Menang di Akhirat

2016/08/07

Menang di Dunia Menang di Akhirat

Secara fitrah, tiap manusia menyukai dan menginginkan apa yang disebut kemenangan. Karena bersifat fitri dan badihi, untuk itu tak perlu dalil. Maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia yang berakal sehat pasti suka dan ingin menang daripada kalah.

Hanya saja, tak semua manusia berpendapat sama dalam memaknai kemenangan. Bagi para penganut Ilahi, yang mengakui aspek maknawi dan materi, baik dalam dalam cara memaknai, cara meraih dan menggunakan perantara dalam meraih kemenangan pun akan lebih luas dibandingkan mereka yang hanya percaya pada aspek materi semata.

Bagi mereka yang menganggap kemenangan bukan hanya layak diraih di dunia saja, melainkan juga di akhirat, maka dengan sendirinya akan berupaya memahami dengan benar apa dan siapa perantara yang bisa membuatnya menang di dunia kini dan kelak di akhirat sana. Sebaliknya bagi mereka yang percaya bahwa asas dan ukuran serta tujuan kemenangan hanya sebatas dunia saja, pasti akan berpengaruh pada cara pemaknaannya atas kemenangan itu. Karena itulah mereka kerap menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kemenangan dunia meski cara itu dinilai tak lazim dan bahkan dianggap terlarang oleh para penganut Ilahi.

Lalu bagaimanakah sebenarnya pandangan para Maksumin as tentang kemenangan?

Imam Ali as berkata, “Kalau kalian menjadikan agama sebagai pengikut dunia kalian, maka agama dan duniamu, kedua-duanya akan musnah dan di akhirat kalian akan menjadi orang-orang yang merugi. Namun kalau kalian menjadikan dunia sebagai pengikut agama, maka agama dan duniamu, kedua-duanya akan kalian dapatkan dan di akhirat kalian akan menjadi orang-orang yang menang.”

Artinya, jika kita ingin sampai pada kemenangan atau ingin mendapatkan kemenangan maka menurut Imam Ali, kita harus menjadikan agama sebagai asas kehidupan kita. Dengan kata lain, kita harus menjadikan agama sebagai our worldview (Pandangan Dunia Kita). Dengan itu, selain mendapatkan kemenangan, kita juga akan mendapatkan dunia sebagai bonusnya. Sebaliknya, bagi mereka yang rela menjual agama untuk dunianya, semisal orang yang ketika waktu salat tiba mereka masih saja sibuk dengan urusan dunianya, maka tidak ada yang bisa mereka dapatkan selain kehancuran dan kerugian.

Selanjutnya, Nabi saw bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah! Kalian seperti orang-orang yang sakit dan Allah SWT adalah tabib. Kemaslahatan orang sakit itu berada pada yang diketahui oleh tabib dan yang dirincikan olehnya, bukan pada yang diinginkan dan diusulkan oleh orang sakit; Ingatlah! Titipkanlah pekerjaan Allah SWT kepada diri-Nya, sehingga kalian menjadi orang-orang yang menang.”

Maksud Nabi, seorang tabib pasti jauh lebih mengetahui kemaslahatan pasien dibandingkan si pasien sendiri. Akan terasa lucu jika seorang pasien mengusulkan obat kepada seorang tabib untuk kesembuhan dirinya. Begitu pun halnya dengan Allah SWT. Dialah Yang Maha Mengetahui kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Maka dari itu, bagi mereka yang ingin tergolong sebagai orang-orang yang menang maka berbaik sangkalah kepada Allah SWT, karena Dia Maha Tahu akan apa yang Dia lakukan. Setelah bertakwa kepada-Nya, pasrahkanlah semua urusan dan keputusan kepada-Nya, niscaya kita akan termasuk dalam golongan orang-orang yang menang.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalah Alquran Surah al-Maidah ayat 56:

وَ مَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ وَ الَّذينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغالِبُونَ 

Barangsiapa yang berwilayah kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman maka sesungguhnya Hizbullah adalah benar-benar orang-orang yang menang.

Terkait ayat di atas, Syaikh Makarim Sirazi menuliskan bahwa ayat ini berhubungan dengan ayat sebelumnya atau penyempurna kandungan ayat sebelumnya. Yaitu ayat tentang wilayah Imam Ali as. Jadi siapa saja yang ingin mendapatkan kemenangan tentunya bukan hanya kemenangan di dunia saja, namun kemenangan di akhirat maka dia mesti berwilayah. Yakni dengan menjadikan Imam Ali as sebagai pemimpin dalam segala urusan baik maknawi maupun materi. Namun apabila yang kita lakukan adalah sebaliknya maka konsekuensinya, kita tak akan bisa sampai pada kemenangan.

Kesimpulannya, jika kita ingin tergolong sebagai orang-orang yang menang maka kita harus menjadikan agama sebagai pandangan hidup dunia kita, berbaik sangka kepada Allah SWT, dan berwilayah kepada Allah SWT, Rasul saw, dan Ahlulbait as. Jika hal ini telah kita aplikasikan dalam kehidupan kita maka kita akan menjadi pemenang di dunia dan akhirat kelak, Insya Allah.

[Sumber: ABI Press]