Languages فارسی فارسى درى English اردو Azəri Bahasa Indonesia پښتو français ไทย Türkçe Hausa Kurdî Kiswahili Deutsche РУС Fulfulde Mandingue
Scroll down
Renungan

Puritanisme Pangkal dari Ekstremisme

2017/03/26

Puritanisme Pangkal dari Ekstremisme

Ekstremisme di dalam Islam bermula dari apa yang disebut dengan gerakan puritan. Yaitu gerakan yang mendakwahkan dirinya dalam hal pemurnian agama.

Gerakan seperti ini dengan menyuarakan seruan kembali kepada Alquran dan Sunnah, memandang bahwa umat Islam secara umum telah menyeleweng dari ajaran Islam yang asli. Keyakinan dan ibadah kaum Muslim dipandang bercampur dengan syirik dan bid’ah.

Dari cara pandang keagamaan seperti itu, maka disebarlah gerakan dakwah melalui masjid, media massa, media elektronik, dan media sosial, untuk mengenalkan ajaran Islam yang dianggap murni itu. Menurut pandangan ini, kembali kepada ajaran yang murni itu adalah dengan cara mengikuti manhaj para sahabat dan tabiin.

Generasi para sahabat dan tabiin dipandang sebagai generasi terbaik dalam Islam. Maka, pemahaman terhadap ajaran agama sepenuhnya harus mengacu kepada pandangan mereka. Dari pandangan inilah kemudian muncul kelompok yang pada masa ini memperkenalkan dirinya sebagai Salafi.

Gerakan Salafisme ini sangat menekankan pemahaman terhadap ajaran agama melalui teks-teks di dalam Alquran dan Hadis yang dipahami secara harfiah dan menolak takwil. Menurut mereka cara seperti itulah yang diajarkan oleh sahabat dan tabiin dalam memahami ajaran Islam. Karena itu, mereka menolak pendekatan rasional seperti yang dikembangkan dalam kalam Asya’irah maupun Muktazilah.

Mereka juga sangat menentang pendekatan tasauf sebagaimana yang diusung para sufi, yang berusaha memahami ajaran Islam melalui makna batinnya. Menurut kaum Salafi, ajaran seperti itu merupakan bentuk penyimpangan dari ajaran Islam yg murni, karena tidak ada tuntunannya dalam Sunnah Nabi. Di samping itu, ajaran tasauf itu dianggap telah bercampurbaur dengan ajaran-ajaran di luar Islam.

Dengan pemahaman agama yang serba tekstual dan literal seperti itu, Islam ditampilkan sebagai agama yang sangat kaku, dangkal, dan anti kemajuan. Sehingga dalam menghadapi kemajuan dan perkembangan zaman, banyak hal baru yang kemudian dipandang sebagai bertentangan dengan ajaran Islam. Termasuk di dalamnya, hal-hal yg berkaitan dengan hubungan sosial, budaya, adat istiadat, yg kemudian secara serampangan dianggap tidak sesuai dengan akidah Islam.

Dari cara pemahaman agama seperti itu kemudian lahir apa yang sekarang ini disebut dengan gerakan radikal, yakni suatu gerakan yang berusaha memaksakan faham keagamaannya kepada orang lain yang berbeda dengan fahamnya. Terhadap orang-orang yang menolak faham seperti itu, kemudian dianggap sebagai kaum kafir dan munafik. Dan, dalam perkembangan selanjutnya mereka tak segan untuk menumpahkan darah dan membunuh setiap orang yang dianggap menghalangi langkah dakwah mereka. Termasuk dalam hal ini, pemerintahan yg tidak sejalan dengan misi yang mereka usung, maka akan dicap sebagai pemerintahan thaghut yang harus dilawan dan perangi.

Sebagai puncaknya, maka muncullah kelompok-kelompok ekstrem yang menyerukan umat Islam untuk berjihad melawan pemerintah yang sah dalam sebuah negara. Untuk mencapai tujuan itu, mereka merekrut calon-calon mujahid yang siap untuk mati syahid dengan melakukan pemboman di tempat-tempat yang dipandang strategis. Dengan mengiming-imingi para pengantin yang siap mati syahid itu akan mendapatkan 72 bidadari surga, beberapa orang kemudian tertarik sekalipun harus meledakkan bom bunuh diri yang akan menghancurkan tubuhnya sendiri.

Inilah ajaran yang tengah berkembang di dunia Islam pada saat sekarang ini. Suatu ajaran yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dan, terlebih lagi teramat jauh dari tuntunan ajaran agama yang benar. Namun, melalui penyusupan terhadap ajaran agama yang suci dan mulia, tuntunan ilahiah dalam ajaran agama itu, kemudian dibelokkan kepada kepentingan kekuasaan politik dan ekonomi dari kekuatan-kekuatan yang sesungguhnya merupakan musuh dari agama itu sendiri. Dan, seperti kita saksikan negara-negara yang menjadi basis dari gerakan ekstremisme itu, telah hancur lebur dilanda peperangan yang melibatkan berbagai kekuatan yang berasal dari luar negeri mereka sendiri.

[Sumber: Satu Islam]