Raih Sehat Dengan Salat
Tubuh manusia terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Keduanya, sama-sama membutuhkan asupan gizi. Jika kebutuhan gizi jasmani dapat terpenuhi dengan makan dan berolahraga, kebutuhan ruhani terpenuhi dengan ibadah seperti sedekah, salat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
Salat, kita ketahui merupakan ibadah atau kegiatan spiritual yang tidak hanya berisikan doa saja, melainkan juga terdapat gerakan-gerakan fisik seperti rukuk dan sujud di dalamnya. Tak heran jika salat, selain memenuhi kebutuhan gizi ruhani manusia, juga sekaligus berdampak kepada kebutuhan jasmani.
Berbicara tentang manfaat salat, ada analisa menarik dari buku Keajaiban Shalat menurut Ilmu Kesehatan China yang ditulis Lukman Hakim Saktiawan (Guru Kungfu dan Praktisi Terapi Pengobatan Tradisional China). Di buku yang diterbitkan oleh penerbit Mizania Bandung (2007) itu, Lukman Hakim mengkaji dan meninjau gerakan-gerakan salat, waktu-waktu salat, kemudian menganalisis dengan kaidah ilmu kesehatan China.
Ditinjau dari perspektif ilmu kesehatan China, tiap-tiap gerakan, sikap, serta setiap perubahan gerak tubuh kita akan memberi dampak pada kesehatan jasmani secara keseluruhan. Demikian juga salat, jika dilakukan dengan benar, merupakan cara sempurna memelihara kondisi kesehatan kita.
Menurut para tabib China, seluruh organ internal manusia terkait dan terhubung dengan chi (energi). Dan mekanisme serta fungsi semua organ internal itu saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, jika sirkulasi chi dalam tubuh tidak lancar maka tentunya akan terjadi kemerosotan kondisi fisik atau bisa saja salah satu bagian tubuh tidak mampu berfungsi dengan baik.
Gerakan-gerakan salat mempunyai hubungan erat dengan sistem organ anatomi manusia. Misalnya, posisi berdiri tegak pada permulaan salat. Posisi ini memfungsikan setiap struktur tulang dan otot pada semua bagian tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Takbiratul Ihram merupakan gerakan yang menimbulkan tarikan ringan pada otot-otot dan rongga-rongga dada yang berfungsi untuk pernafasan. Rukuk berfungsi untuk memacu sistem saraf yang terletak di bagian pinggang. Pada saat sujud, letak kepala yang turun memperlancar proses peredaran darah yang membawa oksigen ke dalam otak. Efeknya, membuat otak bisa berfungsi secara maksimal.
Salat jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh, akan menyehatkan badan sekaligus menyehatkan jiwa. Menyehatkan badan karena gerakan-gerakannya, menyehatkan jiwa karena dalam salat kita berserah diri kepada Sang Khalik, maka hilanglah penyakit-penyakit hati.
Jika dilakukan dengan baik dan benar, salat juga akan memberikan dampak positif dan menghindarkan pelakunya terjerumus kepada tindakan-tindakan tidak baik, sebagaimana Allah firmankan:
“… Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar…,” (QS. Al-‘Ankabut [29]:45).
Dalam ilmu kesehatan China, sebagaimana yang dijelaskan penulis, sirkulasi harian chi di dalam tubuh manusia tidak bisa terlepas dari sirkulasi chi alam tempat kita tinggal yaitu bumi dan sistem kosmik. Sirkulasi ini dipetakan menjadi enam elemen yaitu tanah, air, api, api ministerial, kayu, dan logam. Masing-masing elemen mewakili organ internal manusia dan periode sirkulasi itu berjalan. Misalnya elemen air berhubungan dengan organ ginjal dan kandung kemih, dan bersirkulasi dari jam 15.00-19.00. Sehingga waktu yang sama dengan waktu salat Ashar ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan terapi kandung kemih.
Begitu juga waktu-waktu salat fardhu yang lain merupakan waktu yang tepat untuk terapi kesehatan organ internal tubuh manusia. Salat Subuh merupakan waktu yang tepat untuk terapi paru-paru, salat Zuhur untuk terapi jantung dan usus kecil, salat Maghrib untuk terapi ginjal, dan salat Isyak untuk terapi perakardium dan triple burner.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan salat lima waktu, sesungguhnya kita hidup selaras dengan siklus alamiah tubuh dan alam. Rangkaian wudhu, waktu salat, dan salat mengajari kita untuk selalu hidup bersih, hidup sehat, dan menghargai waktu dan hidup sesuai dengan siklus alam semesta, sekaligus sebagai sarana meraih ketakwaan kita sebagai hamba kepada Sang Pencipta.
[Sumber: ABI Press]